Suatu hari saat aku baru membeli rokokdi warung aku berpapasan dengan penjual jamu yang cukup mengagetkan. Wajahnya manis dan bodynya bahenol betul.“Nggak salah ini orang jadi tukang jamu,” kata ku membatin.“Mbak jamu” tegurku. Dia menoleh.“Mau minum jamu mas ?” tanyanya.“Iya tapi jangan di sini, ke rumah” ajakku dan diaikut dibelakang ku.Sesampai di rumah , si mbak melihat sekeliling.“Wah enak juga tempatnya mas ya,” ujarnya.“Mbak jamu apa yang bagus”“Lha mas maunya untuk apa, apa yang mau untuk pegel linu, masuk angin atau jamu kuat”“Kuat apa” tanya ku.“Ya kuat segalanya” katanya sambil melirik.“Genit juga si mbak” kata ku dalam hati.“Aku minta jamu kuat lah mbak, biar kalau malam kuat melek bikin skripsi.”Tapi terus terang aku kurang mempunyai keberanian untuk menggoda dan mengarahkan pembicaraan ke yang porno-porno. Sejak saat itu mbak jamu jadi sering menghampiriku.“Mas kemarin kemana saya kesini kok rumahnya dikunci. Saya ketok sampai pegel nggak ada yang buka.”“Oh ya kemarin ada kuliah sore jadi saya dari pagi sampai malam di kampus” kataku.“Mas ini mas jamu kunyit asam, bagus untuk anak muda, biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit.”“Mbak suaminya mana ?” tanya ku iseng.“Udah nggak punya suami mas, kalau ada ngapain jualan jamu berat-berat.”“Anak punya mbak ?”“Belum ada mas, orang suami saya dulu udah tua, mungkin bibitnya udah abis.”Kami semakin akrab sehingga hampir setiap hari aku jadi langganannya.Kadang-kadang lagi nggak punya duit, dia tetap membuatkan jamu untuk ku.Dia pun sudahtidak canggung lagi masuk ke rumah ku. Bahkan dia sering numpang ke WC.Mbak Wati, begitulah dia mengaku namanya setelah beberapa kali mengantar jamu . Dia kini memasuki usia 27 tahun, asalnya dari daerah Wonogiri. Mbak Wati menganggap rumah ku sebagai tempat persinggahan tetapnya. Dia selalu protes keras jika aku tidak ada di rumah.Semula Mbak Wati mengunjungi ku pada sekitar pukul 13. Tapi kini dia datang selalu sekitar pukul 5 sore. Kalau dia datang ke rumah ku jamunya juga sudah hampir habis. Paling paling sisa segelas untuk ku. Rupanya Mbak Wati menjadikan rumah ku sebagai terminal terakhir. Ia pun kini makinberani.Dia tidak hanya menggunakankamar mandiku untuk buang hajat kecil, tetapi kini malah sering mandi. Sampai sejauhini aku menganggapnya sebagai kakakku saja. Karena dia pun menganggapku sebagai adiknya. Sering kali dia membawa duabungkus mi instan lalu direbus di rumah ku dan kami sama-sama menikmatinya.Sebetulnya pikiran jorokkusudah menggebu-gebu untuk menikmati tubuh mbak Wati ini. Namun keberanian ku untuk memulainya belum kutemukan. Mungkin juga karena aku tidak berani kurang ajar jadi Mbak Watimakin percayapada diri ku. Padahal wooo ngaceng. Aku hanya berani mengintip jika Mbak Wati mandi. Lubang yang sudah kusiapkan membuatku makin ngaceng saja kalau menikmati intaian. Tapi bagaimana nihcara mulainya.“Mas boleh nggak saya nginep di sini?” tanya Mbak Wati suatu hari.“Saya mau pulang jauh dan sekarang sudah kesorean, lagi pula besok saya nggak jualan, capek., “katanya beralasan tanpa saya tanya.“Lha Mbak, tempat tidurnya cumasatu”“Nggak pa-pa, saya tidur di tiker aja. Mas yang tidur di kasur.”“Bener nih,” kata ku, dengan perasaan setengah gembira. Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.“Iya nggak apa-apa koq” katanya.Tanpa ada rasa canggung dia pun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mengintainya. Badannya mulus bahenol walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk tubuhnya sangat sempurna sangat bahenol sebagai seorang wanita. Sayang dia miskin, kalau kaya mungkin bisa jadi bintang film, pikir ku.Teteknya cukup besar, mungkin ukuran 36, pentilnya kecildan bulu jembutnya tebal sekali. Mungkin ada hubungannya dengan kumis tipis yang ada di atas bibirnya itu.Selesai mandi, kini giliranku masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Aku nggak tahan , sehingga kesempatan mandi juga kugunakan untuk ngloco.“Mas mandinya koq lama sekali sih, ngapain aja” tanyanya mengagetkan.“Ah biasa lah keramas sekalian biar seger” kata ku.“Itu saya buatkan kopi, jadi keburu dingin deh, abis mandinyalama banget.”Malam itu kami ngobrol ke sana-kemari dan aku berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai dirinya.“Mas suka di pijet nggak” katanya tiba-tiba.“Wah nggak, nggak nolak” kata ku bercanda.“Sini saya pijetin mas.”Tanpa menunggu terlalu lama aku segera menuju ke kamar dikuti mbak Wati dansemua baju dan celana ku ku buka tinggal celana dalam. Kumatikan lampu sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang. Nggak nyangka samasekali, ternyata mbak Wati pinter sekali memijat. Dia menggunakancairan body lotion yang dibawanya untuk melancarkan mengurut.Aku benar-benar pasrah. Meski ngaceng berat, tetapi aku nggak berani kurang ajar. CilakanyaMbak Wati ini tidak canggung sedikit pun merambah seluruh tubuhku sampai mendekati si dicky. Beberapa kali malah ke senggol sedikit, membuat jadi tambah tegang aja.“Mas celananya dibuka saja ya biar nggak kena cream.”“Terserahlah mbak” kata ku pasrah . Dengan cekatan dia memelorotkancelana dalam. Sehingga aku kini jadi telanjang bulat.“Apa mbak nggak malu melihat saya telanjang” tanya ku.“Ah nggak apa-apa, saya dulu sering memijat suamisaya.”“Dia yang ngajari saya mijet.”
cewek penjual jamu
Reviewed by zonacrots
on
Oktober 01, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: